renungan

Apa Gunanya Belajar Memancing ?

Di tepi sebuah sungai, seorang anak kecil bersenang-senang, bermain air yang bening. Sesekali ia memasukkan tangannya ke dalam air sungai yang sejuk. Ia tampak sangat menikmati permainannya.
Selain asyik bermain, ia memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai itu untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali itu pula ia melihat sang paman asyik mengulur pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tapi tak jarang juga paman itu mendapat banyak ikan.
Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa paman itu sambil tersenyum senang. Melihatnya, sang paman pun menyapa,
Hai Nak, kau mau ikan? Pilihlah sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti,” kata si paman ramah.
Tidak, terima kasih, Paman,” jawab si anak.
Paman perhatikan, kau hampir setiap hari bermain di sini sambil melihatku memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan padamu, kenapa kau tolak?”
Saya senang melihat Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?” tanya si anak penuh harap.
Anak pintar. Dengan belajar memancing kau bisa dapatkan ikan sebanyak yang kau mau di sungai ini. Baiklah. Karena kau tidak ingin ikannya, ambil alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya.”
Keesokan hari, dengan bersemangat anak kecil itu kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan kail pun tenggelam ke sungai ditarik ikan-ikan yang memakannya. Mereka pun segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.
Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, begitu seterusnya, hingga sore tiba.
Menjelang pulang, si anak yang sangat menikmati hari itu bertanya, “Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?”
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum. “Benar, kegiatan memancing hanya begini saja. Yang perlu kau latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kau kerjakan."
Sambil berjalan pulang, ia melanjutkan, "Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai.”
(Sumber: zoom-indonesia.com)

Senyum Adalah Sedekah


Tanda yang tampak terlihat pertama seorang mu'min setelah ucapan salamnya adalah murah senyum, Rasulullah bersabda, "Senyummu pada saudaramu adalah sedekah", "Jangan sekali-kali kalian meremehkan suatu kebaikan, meski hanya berupa keceriaan wajah ketika kalian bertemu dengan kawan kalian" (HR Muslim), 

"Orang yang bermuka masam dan tidak membuat orang lain gembira adalah orang yang tidak memiliki nilai kebaikan disisi Allah". 

Sungguh senyum menghancurkan keangkuhan diri, pintu shilaturrahim, menghilangkan tegang, semua jadi santai, raut muka jadi bagus dan bernilai ibadah

Sahabatku....Indahkan Islam itu? Nah sekarang cobalah senyum pada sahabat dekatmu....  Subhanallah.

Ayo Kita Berjilbab

Jilbab ? Pastinya semua orang tahu, kalau jilbab itu yang dipakai di kepala, biasa disebut tudung, kerudung, atau kudung. Sering kita lihat muslimah berjilbab di lingkungan sekolah, kampus, kantor dan masyarakat. Banyak bukan? Coba bandingkan dengan masa-masa beberapa tahun yang lalu, dimana adanya peraturan tentang larangan berjilbab. Mereka berjuang untuk tetap berjilbab walaupun banyak yang menentang, banyak yang memusuhi, dan bertengkar dengan orang tuanya.  (Menyedihkan ya, katanya negeri muslim, tapi orang islamnya sendiri ‘terjajah’). Saat ini, dimana-mana banyak sekali wanita berjilbab. Dari kalangan siswa (TK, SD, SMP, SMA), mahasiswi, karyawan, ibu-ibu pejabat, guru, dll. But, jika diperhatikan ada ‘penurunan kualitas’ penggunaan jilbab (sedih banget..). Jika dulu orang-orang yang berjilbab sangat sedikit dan jarang, tapi mereka berjilbab secara syar’i. Tapi, sekarang orang berjilbab dimana-mana namun jilbabnya belum sesuai syari’at. Mereka yang menggunakan jilbab belum sesuai syari’at adalah mereka yang hanya ikut-ikutan trend dan mode. Jadi, bukan merupakan suatu kewajiban.
Saat ini, para designer-designer membuat jilbab yang tipis dan pendek, transparan dan inilah jilbab yang banyak diminati oleh sebagian remaja dan juga ibu-ibu. Inilah yang mereka sebut sebagai jilbab gaul”. Disamping itu, “Jilbab gaul” dipadukan dengan kaos dan celana ketat. Inilah yang dimaksud berjilbab tapi telanjang, yaitu jilbab yang tidak sesuai syari’at alias tidak syar’i.
Lalu, bagaimana dengan jilbab syar’i?
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya…" (QS. An-Nur : 31)
Bagaimana kriteria jilbab yang syar’I itu ?
Menutup seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan.
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuhnya”. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Ahzab : 59)
Bukan sebagai perhiasan.
             “… Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka” (QS. An-Nur : 31)
Kainnya harus tebal, tidak tipis.
Harus longgar, tidak ketat sehingga tidak ada lekukan tubuh yang terlihat.
Tidak berwarna mencolok
Tidak menyerupai pakaian laki-laki
Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
Seharusnya memang harus ada rasa bersyukur dengan perkembangan jilbab saat ini, dibebaskannya menggunakan jilbab, tapi kebebasan ini bukan berarti “suka-suka gue”, karena berjilbab adalah perintah Allah dan Allah pula yang menetapkan aturan-aturannya. Sesungguhnya aturan-aturan Allah yang ditetapkan itu adalah untuk kebaikan kita. Allah menurunkan perhiasan (pakaian) terbaik kepada wanita muslimah yang dengannya maka akan terjaga dirinya dari berbagai fitnah. Maka, ketika seorang lari dari ketentuan-Nya, maka ia telah mencelakakan dirinya sendiri.
Allah menurunkan perintah itu pasti untuk kebaikan kita para hamba-Nya. Jadi, seharusnya kita mematuhi perintah Allah.
Ayo kita bersyukur dengan adanya kebebasan menggunakan jilbab ini, dengan memakai jilbab sesuai syari’at islam.
By : Anissa Prita Rizkiana/LDK JamaahShalahudin UGM

Ibunda Kuberbakti Kepadamu


Sobat, berbakti kepada ibu memiliki pahala yang besar. Seorang anak yang berbakti kepada ibudanya akan Allah masukkan kedalam Surga-Nya. Tidak boleh kita durhaka sedikitpun kepada ibunda. Dialah orang yang sangat berjasa kepada kita. Gimana jadinya jika dunia ini tidak ada kaum ibu? Pastilah ketentraman dan kedamaian kan tiada. Siapa yang melahirkan, mengasuh dan mendidih kita? Itulah jasa ibunda. Nah agar kita jadi anak yang berbakti kepada ibunda, mungkin inilah akhlak kita kepadanya.
Patuhi Perintah Ibunda
Jika ibu kita memerintahkan kepada kita untuk membatunya, bersegeralah dan jangan menolak perintahnya. Ibu akan bahagia jika punya putera yang menurut padanya.
Jangan Sekali pun Membentaknya
Misal saat kita disuruh belajar, eih,…malah kita marah-marah pada ibu, lalu membentaknya, “Ibu ini gimana, sih,…! Anaknya sedang enak nonton TV kok disuruh belajar!” Nah, ini adalah hal yang sangat buruk, akhlak yang jelek sekali.
Bahagiakan Ibunda
Caranya dengan menyenangkan hatinya. Misal merawatnya saat sakit, membantunya saat ia kerepotan, menghiburnya tatkala sedih dan menasihatinya dengan lemah lembut, mencarikan obatnya tatkala ia sakit dan lain sebagainya.
Selalu mendoakan Ibu
Mendoakan ibu adalah amal shalih yang sangat bermanfaat bagi ibu kita. Kita mintakan ampunan kepada Allah, kita mintakan dijaga Allah, dilindungi Allah, diberi hidayah selalu, supaya ibu tetap sehat dan supaya selalu diampuni dosanya. Kapan mendoakannya? Tentu setiap saat, baik ibu kita masih hidup atau sudah meninggal.
Nah, sobat masih banyak lagi tentunya cara berbakti kita kepad ibunda, sobat semua tentu bisa, ya!Barokalalhufikum.
Artikel : www.majalah0wildan.wordpress.com

Bahaya TV pada anak-anak


Kawan kawan berikut ini kita cuplik tulisan tentang Bahaya TV pada Anak- Anak dari situs BBC  Indonesia. Semoga ada manfaatnya dan menjadikan pelajaran bagi kita.
Bahaya TV pada anak-anak
Apakah anak yang nonton TV terlalu banyak akan memiliki kebiasan buruk?
Semakin banyak seorang anak kecil menonton televisi, semakin besar kemungkinan prestasinya buruk di sekolah dan kesehatannya terganggu pada usia 10 tahun, kata para peneliti.
Penelitian yang melibatkan 1.300 anak oleh universitas Michigan dan Montreal menemukan dampak buruk pada anak-anak yang lebih sering nonton TV.
Prestasi mereka di sekolah juga lebih buruk, sementara konsumsi makanan cepat saji juga meningkat.
Temuan kami merupakan argumen kuat kesehatan atas dampak nonton TV berlebihan pada anak kecil
Para pakar Inggris mengatakan orang tua dapat mengijinkan anak-anak menonton TV yang memiliki kualitas tinggi.
Penelitian itu berdasarkan pertanyaan kepada orang tua terkait waktu anak-anak mereka menonton TV pada usia 29 bulan dan 53 bulan.
Pada umumnya, anak usia dua tahun nonton TV kurang dari sembilan jam per minggu, sementara anak usia empat tahun di bawah 15 jam.
Saat anak-anak itu diteliti kembali pada usia 10 tahun, guru-guru mereka diminta untuk menilai prestasi akademis, kelakuan dan kesehatan serta indeks berat tubuh atau body mass index (BMI).
Anak-anak yang nonton TV lebih banyak pada usia dua tahun lebih rendah fokusnya di kelas dan buruk dalam matematika.
Para peneliti juga menemukan penurunan aktifitas fisik namun meningkatnya konsumsi minuman ringan dan indeks berat tubuh.
'Dampak yang mencemaskan'
Dr Linda Pagani dari Universitas Montreal yang memimpin penelitian mengatakan "Usia dini adalah masa kritis untuk perkembangan otak dan pembentukan perilaku."
"Nonton TV pada waktu yang lama dalam usia ini dapat menyebabkan kebiasaan tidak sehat di masa depan.
"Waktu mereka akan habis di depan televisi dan tidak ada waktu untuk terlibat dalam aktifitas lain yang mendorong perekembangan kognitif."
Dan ia menambahkan :"Walaupun dampak nonton TV pada usia dini akan hilang setelah tujuh setengah tahun, dampak negatifnya masih cukup mencemaskan."
"Temuan kami merupakan argumen kuat atas dampak nonton TV pada anak-anak."
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine.
Lembaga Inggris National Literacy Trust mengupayakan sejumlah langkah untuk meningkatkan pengawasan anak terkait TV.
Badan itu menyebutkan orang tua harus "membatasi anak nonton TV dan mendorong aktifitas lain yang dapat meningkatkan kemampuan bahasa, seperti membaca bersama, berbincang dan melakukan permainan lain".
Namun badan tersebut menambahkan: "Anak-anak bisa didorong untuk menyaksikan program televisi edukatif bagi mereka yang berusia dua sampai lima tahun."
Radikal
Anggota lembaga badan perkembangan mentalitas Inggris, British Psychological Society, Dr Aric Sigman telah melakukan penelitian sendiri, terkait dampak TV pada anak-anak.
Ia mengatakan: "Rekomendasi saya kepada pemerintah lima tahun lalu dan juga tiga tahun lalu adalah agar mereka mengeluarkan garis besar aturan tentang waktu nonton TV pada anak dianggap radikal dan kontroversial.
"Namun bukti menunjukkan bahwa pemerintah dan pejabat departemen kesehatan memang harus melakukan hal itu.
"Hasil ini merupakan penelitian lain yang membuktikan bahwa masyarakat perlu menerima bahwa waktu anak-anak menontot televisi adalah masalah besar dalam kesehatan."

Waktu yang Tepat Mengatakan Insya Allah


Kawan kawan, segala sesuatu yang berkaitan dengan masa yang akan datang sebaiknya dikaitkan dengan insya Allah (kehendak Allah), karena Allah berfirman,
 “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya kau akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya-Allah’. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah, ‘Mudah-mudahan Tuhanku akan memberi petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini’.” (QS. Al-Kahfi: 23-24)
Adapun sesuatu yang telah terjadi tidak perlu dikaitkan dengan kehendak Allah, kecuali jika maksudnya untuk beralasan.
Misalnya, jika ada seseorang berkata kepadamu bahwa bulan Ramadhan tahun ini dimulai pada malam Ahad insya Allah. Maka sebenarnya kita tidak perlu mengucapkan insya Allah, karena Ramadhan telah berlalu dan sudah diketahui. Jika seseorang berkata,
“Kamu memakai pakaianku insyaAllah” sedangkan dia memang memakainya, maka sebaiknya tidak perlu mengucapkan insyaAllah, karena itu sesuatu yang telah berlalu dan selesai, kecuali jika tujuannya adalah untuk beralasan atau dia memakainya atas kehendak Allah, maka ini tidak apa-apa.
Jika seseorang berkata ketika sudah selesai shalat, “Saya sudah shalat insya Allah”, jika dia bermaksud tindakan shalatnya, maka sebenarnya tidak perlu karena dia telah melaksanakannya, tetapi jika yang dia maksudkan adalah shalat yang makbul, maka sah-sah saja dia mengatakan insya Allah, karena dia tidak tahu apakah shalatnya diterima atau tidak diterima.
Sumber: Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007.

Ucapan-Ucapan Yang Baik (yang mendatangkan pahala)


Basmalah

Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala amal perbuatan yang mengandung kebaikan, apabila tidak diawali dengan basmalah, maka amalnya akan terputus.
Dengan mengucapkan basmalah, kita yakin bahwa segala sesuatu hanya dapat terjadi dengan izin Allah.
Basmalah diucapkan setiap kali kita hendak melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatan yang baik, agar senantiasa mendapatkan berkah dari Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dengan mengucapkan basmalah, kita akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk sehingga selamat dari malapetaka.
Ihsan bersiap-siap hendak berangkat sekolah.
Ia mengucapkan "Bismillaahir rahmaanir rahiim".
Semoga Allah memberi kemudahan dalam menuntut ilmu.
Sebelum mengaji Ihsan mengucapkan "Bismillaahir rahmaanir rahiim".
Ihsan mendapatkan petunjuk dan pahala dari Allah.
Tahmid/Hamdalah: 
 Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin.
Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Tahmid/Hamdalah merupakan ucapan syukur kepada Allah, karena hanya dengan karunia Allah kita memperoleh hasil yang baik.
Tahmid/Hamdalah diucapkan setiap kali kita selesai melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatan yang baik atau setelah memperoleh kebaikan. Demikian pula setiap kali teringat akan nikmat yangTahmid/Hamdalah telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita, hendaknya kita bersyukur kepada Allah dengan mengucapkan Tahmid/Hamdalah.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Allah akan menambah nikmat kepadamu.
"Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin" seru Fadhil gembira.
Ia baru saja mendapatkan nilai yang bagus.
Fadhil bersyukur kepada Allah, karena diberi kemudahan dalam menuntut ilmu.
Ayah membelikan Fadhil sebuah sepeda, karena Fadhil bagus nilai rapornya.
Fadhil merasa gembira mendapat hadiah sepeda baru dari ayah.
Tak lupa ia mengucapkan "Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin".
"Alhamdulillaah", Allah telah memberi kita mata. Kita dapat melihat pemandangan indah, langit biru dan bunga-bungaan beraneka warna.
Setelah bersin mengucapkan "Alhamdulillaah" (segala puji bagi Allah).
Tasymit: 
Yarhamukallaah.
Artinya: Semoga Allah memberi rahmat kepadamu.
Kalimat tasymit diucapkan ketika kita mendengar seseorang bersin dan mengucap hamdalah (tahmid).
Menjawab Tasymit: 
Yahdiikumullaah.
Artinya: Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu.
Setelah orang yang bersin didoakan oleh orang yang mendengar bersinnya, kemudian dia menjawab doanya dengan doa juga.
Ta'awudz: 
A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim.
Artinya: Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Mengucapkan ta'awudz berarti memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan. Setan adalah makhluk jahat yang tidak terlihat, ia selalu mengajak manusia untuk melakukan perbuatan yang jahat, seperti berkelahi, berdusta, mencuri, malas, nakal, dan sebagainya.
Ta'awudz dapat diucapkan setiap saat agar kita terhindar dari godaan setan.
Sebelum membaca Al-Qur'an Fadhil mengucapkan "A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim", agar pada saat mengaji terhindar dari godaan setan.
Takbir: 
Allaahu akbar.
Artinya: Allah Maha Besar.
Mengucapkan takbir berarti menyadari akan kebesaran Allah SWT. Kita tidak takut kepada selain Allah. Hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Agung kekuasaan-Nya.
Takbir bisa diucapkan kapan saja dan dimana saja, sambil kita merenungkan kebesaran Allah, ketika kita sedang bergembira maupun bersedih.
Bila naik ke tempat yang tinggi ucapkan "Allaahu akbar", ketika sedang turun ucapkan "Subhanallah".
Pada saat menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, semua orang bergembira. Ucapan "Allaahu akbar" berkumandang dimana-mana. Mengagungkan asma Allah Sang Maha Pencipta.
Apabila terjadi peristiwa besar seperti gunung meletus, angin kencang, dan banjir, ucapkan "Allaahu akbar". Allah Maha Besar, hanya dengan pertolongan Allah kita dapat lepas dari marabahaya.
Tahlil: 
Laa ilaaha illallaah wah dahulaa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir.
Artinya: Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan (kekuasaan) dan pujian, dan Maha Kuasa atas segala-galanya.
Kalimat tahlil apabila diucapkan terus menerus maka kita akan mendapatkan pahala karena kalimat tahlil termasuk pujian kepada Allah SWT.
Tasbih: 
Subhaanallaah wa bihamdihi.
Artinya: Maha Suci Allah dan Maha Terpuji.
Ucapan tasbih berarti menghayati kesucian Allah. Ucapan tasbih sangat baik diucapkan setiap saat, terutama bila kita sedang mengagumi suatu peristiwa atau kejadian yang luar biasa.
"Subhaanallaah", Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya.
Istirja': 
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.
Artinya: Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kami akan kembali menghadap ke hadirat Allah.
Ucapan istirja' diucapkan pada saat kita tertimpa musibah, misalnya ada anggota keluarga atau teman yang meninggal dunia atau melihat ada orang meninggal dunia.
Allah SWT berfirman: "Dan berikanlah berita kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka segera mengucapkan 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang mendapat berkat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 155-157).
Ucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun", setiap kali kita tertimpa musibah. Yakinkan di dalam hati bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Orang-orang yang sabar akan mendapatkan berkat dan rahmat dari Allah SWT.
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun", aku kehilangan sepeda.
Istighfar: 
Astaghfirullaahal 'azhiim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaihi.
Artinya: Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tidak disembah kecuali Dia yang Hidup dan berdiri sendiri, dan aku bertobat kepada-Nya.
Istighfar sangat baik diucapkan setiap saat, terutama apabila kita menyadari bahwa kita telah terlanjur melakukan suatu kesalahan atau berbuat dosa dan menyesalinya, agar kita mendapat ampunan dari Allah.
Matahari telah bersinar terang.
Ihsan terkejut karena hari sudah siang.
Ia cepat-cepat bangun dari tidurnya.
"Astaghfirullaahal 'azhiim", Ihsan memohon ampun kepada Allah, karena bangun kesiangan sehingga ia terlambat melaksanakan shalat subuh.
"Astaghfirullaahal 'azhiim", Ihsan telah berbohong kepada Ibu.
Ihsan merasa sangat menyesal. "maafkan Ihsan, Bu. Ihsan berjanji tidak akan berbohong lagi."
Hauqolah: 
Laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'aziim.
Artinya: Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Ucapan hauqolah biasanya diucapkan setelah kita berdoa dan melakukan suatu usaha.
Kita menyadari bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa kecuali dengan pertolongan Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh merasa sombong. Ucapkan "Laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'aziim."
Ihsan akan mengikuti lomba lari. Lawan Ihsan cukup tangguh.
Dengan mengucapkan Bismillah, Ihsan berlari sekuat tenaga.
Ihsan merasa gembira, ia berhasil menjadi juara. Tak lupa ia mengucapkan Alhamdulillah.
"Selamat Ihsan! Hebat sekali kamu bisa mengalahkan si Andi!" kata Budi sambil menyalaminya.
"Laa haula walaa quwwata illaa billaah, semua ini atas pertolongan Allah", kata Ihsan.
Insyaa': 
Insyaa 'Allaah.
Artinya: Jika Allah mengizinkan.
Bila akan berjanji atau mempunyai rencana untuk melakukan sesuatu ucapkanlah "Insyaa 'Allaah".
Hanya dengan kehendak Allah jualah segala rencana kita akan terlaksana.
Semuanya atas izin Allah. Manusia berusaha, Tuhanlah yang menentukan.
"Insyaa 'Allaah nanti sore aku akan ke rumahmu", kata Fadhil kepada temannya.
"Insyaa 'Allaah aku akan membuatkan sebuah layang-layang yang bagus untuk adikku, Ihsan", kata Fadhil.
Salam: 
Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Artinya: Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap dilimpahkan atas dirimu.
Salam kita ucapkan bila bertemu dengan keluarga atau dengan teman-teman.
Sesama muslim bila berjumpa harus saling mengucapkan salam.
Ucapan salam menunjukkan bahwa sesama muslim adalah bersaudara, saling menghormati, saling menyayangi, dan saling mendoakan.
Salam adalah doa kita kepada orang yang bertemu dengan kita.
Orang yang diberi salam wajib membalas dengan ucapan salam, dengan demikian orang itu membalas mendokan keselamatan kepada kita.
Sabda Nabi Muhammad SAW: "Sesungguhnya manusia yang paling utama ialah yang mendahului dengan ucapan salam."
Ucapan salam merupakan tradisi umat Islam yang sangat luhur.
Biasakanlah mengucapkan salam dalam setiap kesempatan.
"Assalaamu 'alaikum", ucap Salsa ketika akan memasuki rumah.
Menjawab Salam: 
Wa 'alaikum salaam warahmatullaahi wabarakaatuh.
Artinya: Dan semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah juga dilimpahkan atas dirimu.
Menjawab salam hukumnya wajib.
Jadi kalau ada teman yang mengucapkan salam, maka kita harus menjawabnya.
"Wa 'alaikum salaam Salsa", jawab Ibu dan Ayah.
Shalawat Nabi: 
Allaahumma shalli 'ala sayyidinaa wa maulaanaa Muhammad.
Artinya: Ya Allah, semoga keselamatan selalu menyertai sayyid dan junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Shalawat Nabi biasanya diucapkan ketika akan berdoa, berkurban, setelah shalat, dan sebagainya.
Dengan membaca shalawat, kita akan selalu ingat kepada Rasulullah SAW, sehingga nanti insya Allah Rasulullah juga akan ingat kepada doa-doa kita dan mendapat syafaat (perlindungan) dari beliau.
Kalimat Thayyibah: 
Laa ilaaha illallaah.
Artinya: Tiada Tuhan (yang wajib disembah) selain Allah.
"Laa ilaaha illallaah" adalah kalimat tauhid, yaitu merupakan penghayatan akan keesaan Allah. Pada saat mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illallaah", dalam hati kita meyakini bahwa tiada Tuhan melainkan hanya Allah semata.
Sebaik-baiknya ucapan ialah "Laa ilaaha illallaah".
Orang yang pada akhir hayatnya mengucapkan "Laa ilaaha illallaah" akan masuk ke dalam surga. Oleh karena itu biasakanlah mengucapkan "Laa ilaaha illallaah".
(Sumber:ilma95)

Nasihat Luqman Kepada Anaknya



Luqman adalah seorang yang diberikan hikmah/kebijaksanaan oleh Allah. Satu hikmahnya adalah untuk selalu bersyukur kepada Allah:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.  [Luqman 12]
Luqman mendidik anaknya agar tidak mempersekutukan Allah. Nasehat Luqman kepada anaknya wajib ditiru oleh ummat Islam lainnya.
Jangan Mempersekutukan Allah
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kelaliman yang besar”.  [Luqman 13]
Ummat Islam tidak boleh menyembah Tuhan selain Allah atau musyrik. Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.  Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [Luqman 14]
Ibu kita mengandung kita selama 9 bulan. Beliau juga sampai berdarah-darah dengan resiko kehilangan nyawa ketika melahirkan kita. Belum lagi mereka harus sabar merasakan rengekan dan tangisan kita bahkan mungkin pukulan kita ketika masih kecil. Mereka memberi kita makan, minum, pakaian, pendidikan, dan sebagainya. Sudah sepantasnya kita berbakti pada mereka.
Tidak Mengikuti Orang Tua dalam Kemaksiatan dan Berbuat Baik kepada Mereka
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Luqman 15]
Berbuat Baik Meski Sedikit
Lukman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasinya.  Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” [Luqman 16]
Mengerjakan Shalat, Menyuruh Kebaikan dan Melarang Kemungkaran, serta Bersabar
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18]
Rendah Hati dan Tidak Berkata Kasar
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [Luqman 19]
Itulah nasihat Luqman kepada anaknya yang diabadikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Semoga kita semua bisa mengamalkannya dan mengajarkannya kepada anak kita.
"Ya Allah berilah anak-anak serta cucu-cucu kami untuk ber "Islam" dengan benar sesuai dengan Al Qur'an dan As-Sunnah, Amin "

Sebutir Kurma Penjegal Doa

Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan.Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH TA’ALA," kata malaikat yang satu.
"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH Ta'ala gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim" ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya ibrahim.
"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma" jawab anak muda itu.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?".
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?".
"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya."
"Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim.
4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas." Semoga bermanfaat.
(Sumber: dzikir.org)

Membiasakan Anak Menjadi Gemar Berinfaq


Kawan kawan berikut ini kami posting tulisan dari Ibu Kartika Trimarti, penulis lepas dan ibu rumah tangga yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat yang diposting di Hidayatullah.Com  pada tanggal 2 Aprril 2011.
Dari tulisan  tersebut kita bisa mengambil pelajaran yang sangat bagus dan akan memberikan pemahaman yang benar tentang “berinfaq”.
Seorang anak perempuan berumur dua tahun berlari menghampiri meja komputer dimana sang ibu biasa menaruh uang sisa belanja. Tangan-tangan kecilnya meraih beberapa uang logam dan celoteh cadelnya segera terdengar meminta sang ibu mengambilkannya sesuatu, “Bunda, ipak (infaq).Abi (ambil) itu.” Tangannya menunjuk-nunjuk kotak infaq yang diedarkan mushala ke setiap rumah.
Sang ibu dengan tersenyum mengambilkan kotak infaq di atas meja ruang keluarga tersebut dan meletakkannya di hadapan puteri kecilnya. Tangan-tangan kecil itupun dengan lincah memasukkan koin demi koin ke dalam kotak. Ketika uang logam di tangannya habis, dia pun bersorak gembira, “Horeee…ipak!” Ibu muda itu pun menatap anaknya penuh syukur.
Menyenangkan memang melihat anak kita sejak dini telah terbiasa bersedekah. Namun, ternyata mengajarkan anak untuk bersedekah tak sesederhana yang dibayangkan. Seperti perjalanan gadis kecil bernama Arina tersebut mengenal infaq. Sebelum usianya genap dua tahun, ayah bundanya telah membiasakan sang anak menaruh uang logam sisa belanja di kotak infaq.
Awalnya berniat untuk membiasakan sang anak berinfaq. Setiap ada uang logam, terutama sang ayah, segera menyemangati puteri kecilnya untuk memasukkan uang logam ke dalam celah kotak infaq, meski jari-jari kecilnya saat itu belum dapat memposisikan uang logam dengan baik. Seiring dengan waktu, sang anak pun terbiasa memasukkan uang logam yang dilihatnya langsung ke kotak infaq. Jari-jari kecilnya pun sudah terampil memasukkan uang logam tanpa bantuan.
Namun, yang kemudian terjadi sungguh di luar dugaan. Setiap melihat uang logam koin, Arina pun spontan menyebutnya infaq. Bahkan meskipun uang tersebut bukan untuk infaq. Ayah-bundanya pun segera menyadari bahwa infaq dalam persepsi puteri kecilnya adalah koin uang logam.
“Waaahh… kalau Arina tahunya infaq berupa uang logam recehan, gawat itu!” Ujar sang ayah. Maka Ayah-Bunda Arina pun sepakat untuk mengajarkan menginfaq-kan uang lembaran kertas ke kotak infaq agar sang anakpun tahu bahwa infaq tak cuma recehan.
Arina pun dengan senang hati belajar memasukkan uang lembaran seribuan dan lima ribuan ke dalam kotak infaq. Ayah-bundanya pun mulai lega melihat kemajuan tersebut. Namun, suatu hari mereka dikejutkan oleh tingkah anaknya. Mereka melihat Arina memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam kotak infaq yang berada di atas lantai.
Pasalnya, sepertinya warna biru uang kertas yang dimasukkan  oleh jari-jari puterinya bukanlah warna biru uang seribuan dan ooohhh… ada uang kertas berwarna merah yang kini juga tengah berusaha dimasukkan Arina.
Ternyata Arina telah berhasil memasukkan uang lembaran limapuluh ribuan dan kini tengah berusaha memasukkan lembaran seratus ribuan! Sementara itu dompet sang ayah tergeletak dalam keadaan terbuka di lantai kamar. Arian pun menoleh mendengar kepanikan orangtuanya, sambil tersenyum ia berkata, “Ipak niii…”
Sang ayah dan bunda pun saling menatap tak tahu berkata apa. “Yaaa... infaq memang tak boleh hanya recehan Nak, tapi kalau sebesar itu, Ayah-Bunda juga belum mampu,” begitulah kira-kira yang tercetus dalam hati kedua orangtuanya.
Tanamkan sejak Dini
Nah, mengajarkan bersedekah atau berinfaq pada anak memang tak semudah yang dikira karena memang disinilah seninya mendidik manusia yang selalu berkembang kemampuannya dan dianugerahi inisiatif.
Namun demikian, sikap gemar bersedekah ini memang harus ditanamkan sedini mungkin dalam jiwa anak karena tindakan ini sangat dicintai oleh Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam wasiat Rasulullah saw:
“Tidaklah seorang hamba bersedekah dari harta yang baik yang dia miliki karena Allah SWT tidak menerima kecuali yang baik-baik, melainkan Ia akan menyambutnya langsung dengan tangan kanan-Nya. Jika sedekahnya itu berupa sebutir kurma, maka ia akan tumbuh subur di telapak tangan-nya sampai menjadi lebih besar dari gunung. Perumpamaannya adalah seperti jika sang hamba tersebutmemelihara anak sapi atau unta (yang tentu setiap waktu akan bertambah besar).” (HR.Tirmidzi)
Di samping itu, sedekah juga merupakan sarana untuk menyucikan diri, di antaranya terkandung dalam sabda Rasulullah, “Berusaha keraslah menghindari api neraka meski hanya dengan (menyedekahkan) sebutir kurma.” (HR.Bukhari)
Lalu bagaimana caranya supaya anak dapat menyukai amalan bersedekah dan terdorong selalu bersedekah? Berikut adalah beberapa dari banyak hal yang dapat dilakukan: Yang pertama, ajarkan sejak dini dengan cara yang disukai anak. Seperti menyediakan kotak infaq di rumah (apalagi bila disediakan dalam bentuk yang lucu) dan biarkan ia merasa tertantang memasukkan koin-koin uang logam dengan jari-jari kecilnya. Lalu perdengarkanlah bagaimana bunyi uang logam ketika menyentuh dasar kotak dan iramakanlah dengan mimik yang lucu, seperti “cluk-cluk-cluk!” Anak pun pasti akan merasa senang.
Kedua, tanamkanlah pada anak bahwa bersedekah adalah hal yang menyenangkan dan diperlukan. Seperti mengatakan kepada anak, “Waah, Bunda sedang nggak  punya uang nih, Nak. Kasih uang sama pengemis dulu, yuk. Insya Allah si Ibu tua itu senang, sehingga kita pun ikut senang meski sedang tak punya uang.” Dengan demikian, anakpun akan belajar bahwa bersedekah akan mendatangkan kebahagiaan pada orang lain dan diri sendiri. Menanamkan bahwa ibadah adalah hal yang menyenangkan juga dapat dilakukan pada amalan yang lain seperti shalat, membaca al-Quran, berjilbab dan lain-lain.
Ketiga, sentuhlah hati anak yang lembut untuk turut merasakan penderitaan orang lain. Seperti ketika ia tengah memakan kue sarapannya, ajaklah ia untuk bersyukur akan kelezatan rasa kue yang tengah disantapnya tersebut. Lalu, ajaklah ia untuk mengetahui bahwa ada anak lain yang tak dapat menyantap kue untuk sarapan dengan mengingatkannya pada anak-anak di pinggir jalan yang suka dilihatnya ketika bepergian. Kemudian, doronglah ia berinfaq mengumpulkan uang untuk anak jalanan dan kaum dhuafa lainnya.
Keempat, berikanlah informasi yang lengkap tentang apa saja yang dapat diinfaq-kan atau disedekahkan pada anak. Sehingga kepanikan yang dialami orangtua Arina tak terjadi pada Anda! *

Jangan Marah, Jangan Marah, Jangan Marah !


Seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Berilah aku wasiat.” Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Engkau jangan marah.” 
Orang itu mengulagi permintaannya hingga beberapa kali, sedang Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Engkau jangan marah.” (HR Al-Bukhari).
Tahukah teman-teman, mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus mengulang wasiatnya “Engkau jangan marah” meskipun  orang itu bertanya berulang kali? 
Para ulama menjelaskan bahwa wasiat itu menunjukkan bahwa kemarahan itu dapat menimbulkan keburukan yang sangat banyak. Sebaliknya orang yang menahan diri dari kemarahan akan mendatangkan banyak kebaikan.
Kok bisa begitu?
Sifat pemarah itu adalah sifat yang sangat tercela yang dilarang dalam ajaran Islam. Bahkan agama Islam memperingatkan kita dengan peringatan yang sangat keras 
Marah itu apa sih? Kenapa orang bisa marah?
Marah adalah bergejolaknya darah di hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan akan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan kepadanya.
Tahukah teman-teman, bahwa akibat dari kemarahan yang tidak terkendali itu, akan muncul banyak perbuatan dan perkataan yang tercela yang bisa menimbulkan permusuhan, pemukulan, kedzaliman, 
dan keburukan lainnya. Pada saat marah orang juga bisa mengeluarkan perkataan yang buruk seperti mencanci dan memaki yang akan disesali pada akhirnya.
Ada anak-anak yang jika marah dia melempar semua mainannya. Ketika kemarahannya reda, diapun menyesal, mainannya telah rusak akibat ulahnya sendiri. Ada juga yang ketika marah memukul adiknya dengan keras sehingga adiknya terluka.
Penyesalannya pun tidak dapat menyembuhkan luka adiknya. Ada juga yang ketika marah mendzalimi temannya, akhirnya dia pun bermusuhan 
dengan temannya.
Teman-teman, syaithan itu ada bersama orang yang 
sedang marah. Ketika kita marah, maka syaithan akan 
terus memanas-manasi, untuk menjerumuskan kita pada keburukan yang banyak, karena orang yang sedang marah itu cenderung untuk lupa diri. 
Hayoo... Siapa yang mau berteman dengan syaithan....??
Ingatlah, orang yang marah itu bukan jagoan, bukan pemberani ataupun orang hebat. Tapi orang yang kuat dan jagoan itu, adalah orang yang dapat menahan dirinya ketikamarah, padahal dia dapat melampiaskannya.
Para ulama mengatakan bahwa kemarahan itu kunci dari segala keburukan. 
Ada juga yang mengatakan awal dari kemarahan adalah gila, dan akhir dari kemarahan adalah penyesalan. Karena orang yang marah itu seperti orang gila, menyerang apa saja yang ada di dekatnya, dan mengeluarkan kata kata tanpa memikirkan akibatnya. Dan akhirnya dia menyesali apa-apa yang telah dilakukan dan dikatakannya. Di antara teman-teman pasti tidak ada yang mau dikatakan gila bukan? Dan pasti tidak ada pula yang mau berteman dengan syaithan.
Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang kita untuk marah, berarti bahwa Nabi memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia berupa sifat pemaaf,   sabar dan menahan diri dari gangguan orang lain, serta melarang kita untuk melampiaskan kemarahan meskipun kita mampu.
Ya, bersabar dan memberi maaf itu lebih baik, karena Allah berfirman dalam al-Qur’an:
(Artinya): “....dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy Syura 37)
Dan  Allah Juga berfirman, yang artinya:
“...dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Al-Imran : 134).
Maraji: Jamiul Ulum wal-Hikam (id) oleh Ibnu Rajab al-Hambali, hadits ke-16).
(Sumber: Jurnal Muslim Kecil/Safar 1433H)

0 komentar: